Saat ini banyak media TV, Internet, Cetak dan Radio gencarnya menbicarakan dan menganalisis nilai mata uang Rupiah. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi jatuhnya nilai Rupiah salah satunya, ketergantungan kita akan budaya Impor. Jika kita mulai mencintai, optimalisasi, dan memikirkan kreasi dan inovasi terhadap bahan mentah yang kita miliki dan memanajemen dengan baik maka kita akan Swasembada. Terkait dengan hal tersebut, dengan memenuhi kebutuhan Sandang, Pangan, Papan secara mandiri dalam berbagai sektor bisa mengurangi ketergantungan impor, dengan mengutamakan impor ujungnya akan mengikuti pola pergerakan uang Dollar itulah efek domino yang terjadi di negeri ini.
Faktor lain menurut pemahaman saya dan dialog dengan teman, tidak ada kebijakan untuk rakyat Indonesia supaya "dibatasi" dalam menukar Rupiah dengan Dollar. Sebenarnya yang terjadi Bank Indonesia akan mengamankan stabilitas Rupiah dengan Dollar melalui cadangan devisa.
Ketika orang menukarkan Dollar yang sedang naik-naiknya maka yang terjadi Bank Indonesia akan menstabilkan proses saling tukar itu, bisa dibayangkan jikalau lebih dari setengah penduduk Indonesia beralih ke Dollar maka Krismon tahun 1998 itu terulang kembali. Ingat cadangan devisa yang ada di Bank Indonesia akan habis bila keadaan seperti ini tak kunjung membaik. Oleh sebab itu saya menghimbau pertama kepada diri saya dan semua pembaca mari ciptakan lapangan pekerjaan. Kita harus menjadi tuan rumah di negeri ini. Jangan mudah silau dengan produk luar negeri/asing. Jangan takut untuk membuat produk yang sama, selama produk yang sama itu buatan asing, mari sama-sama bangkitkan kreatifitas, inovasi dan keahlian secara profesional, bermutu, awet nan murah.
Mari selamatkan Rupiah, Selamatkan Ekonomi, Selamatkan Kesejahteraan Rakyat, Selamatkan Indonesia